Sahara April

Melanjutkan #FF161Kata dari Teh Windri Fitria di “Serendipity April”.

Pertemuan itu bukan kebetulan.
Masakan Cupid tega meletakkan namanya begitu saja di bibirku, padahal berkenalan pun kami belum?

Malam-malam April kali ini sahara buat tidurku. Gersang dari nyenyak. Tiap pejam mataku, muncul sepasang mata indah. Sebentuk bibir basah. Dan setitik tahi lalat itu… rasanya memanggil-manggil, memohon ditandai, memohon dimiliki.

“Yang bener, Lung, klepek-klepek begini sama perempuan nggak jelas?” dengus sahabatku, saat aku bercerita frustrasi; satu bulan tak kulihat lagi perempuan bernama Indah itu.
“Tahu apa kamu soal cinta, Do!”
“Yakin, bukan punya orang? Jangan main serobot duluan, patah hati terus mati baru tahu rasa, Lung.”
“Kalau memang takdirnya, biarlah, Do. Untuk perempuan seindah itu, apa sajalah….”
“Gila.”

Tapi aku tak gila. Buktinya, senja itu, perempuan itu berpapasan lagi denganku. Kukucek mataku, meyakinkan bukan fatamorgana.
Indah tersenyum. “Sulung,” sapanya manis.
Aku mendesah.
“Aku tunggu kamu berhari-hari ini,” balasku.
Senyum itu makin rekah.
” Aku juga menunggu kamu.”

Senja April memerah. Bak pasir sahara. Di belakangnya, bayangan Indah membentuk bilah sabit raksasa kehitaman.

*) 161 kata, tidak termasuk judul dan catatan kaki ini.
*) Ditulis untuk #CeritaKruBFG.
*) Meminjam nama tiga kru BFG :p

Leave a comment